SCEHEDULE PROYEK
Metode pelaksanaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, kontruksi dermaga, maupun konstruksi jalan dan jembatan. Namun demikian, pelaksanaan semua jenis proyek konstruksi umumnya dimulai dengan pekerjan persiapan.
Metode
Pelaksanaan Konstruksi
Dalam
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, ada kalanya diperlukan suatu metode terobosan
untuk menyelesaikan berbagai masalah di lapangan. Khususnya pada saat-saat
menghadapi kendala yang diakibatkan oleh kondisi di lapangan yang tidak sesuai
dengan dugaan sebelumnya. Untuk itu, penerapan metode pelaksanaan kontruksi
yang sesuai kondisi lapangan, akan sangat membantu dalam penyelesaian proyek
konstruksi bersangkutan.
Metode
Pelaksanaan Konstruksi
Penerapan
metode pelaksanaan konstruksi, selain terkait erat dengan kondisi lapangan
dimana suatu proyek konstruksi dikerjakan, juga tergantung jenis proyek yang
dikerjakan.
Metode pelaksanaan untuk bangunan gedung berbeda dengan metode pekerjaan bangunan irigasi, bangunan pembangkit listrik, kontruksi dermaga, maupun konstruksi jalan dan jembatan. Namun demikian, pelaksanaan semua jenis proyek konstruksi umumnya dimulai dengan pekerjan persiapan.
Dalam
melaksanakan Pekerjaan tersebut diatas diperlukan Metode Pelaksanaan yaitu cara
pelaksanaan suatu pekerjaan agar selesai dengan baik dan waktu yang tepat
sesuai dengan rencana kerja.
Adapun
metode yang digunakan yaitu sebagai berikut:
1) Pekerjaan Pelaksanaan
Pelaksanaan
pekerjaan struktur pile cap pada proyek ini memiliki ruang lingkup pekerjaan
yang mengacu pada gambar kerja. Alur pekerjaan pile cap dapat dilihat di bawah
ini:
START
→ PEKERJAAN PEMADATAN → PEMBUATAN LANTAI KERJA → PEMBEKISTINGAN → PENULANGAN →
PENGECORAN → PEMBONGKARAN BEKISTING → PERAWATAN → FINISH.
2) Pengawasan
Prosedur
pelaksanaan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan rencana mutu proyek maka
harus melakukan prosedur - prosedur sebagai berikut:
A. Pemeriksaan Mutu dan
Pengujian
B. Pemeriksaan Progres / Kemajuan Pekerjaan
Pelaksanaan
Konstruksi
|
Dari
ke dua prosedur tersebur pada postingan ini saya menjelaskan dengan seksama
dalam tempo yang sepanjang panjangnya, berikut:
A. Pemeriksaan Mutu dan Pengujian
- Pelaksanaan
sistem pengendalian kualitas dijelaskan secara lengkap pada Kontrak. Manajemen
Konstruksi dan Tim Teknis akan memeriksa setiap item pekerjaan untuk dievaluasi
pada setiap aspek.
- Standar
yang akan digunakan pada pekerjaan tersebut sesuai Kontrak, sehingga Kontraktor
mengajukan ke Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis, peralatan yang digunakan.
-
Standar lain dapat juga digunakan yang terutama tertera didalam spesifikasi
atau yang disetujui secara tertulis oleh Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis.
- Disetiap masalah dimana kualitas
dari perencanaan atau material dan metode pengambilan sampel dan pengujian yang
tidak dijelaskan dalam spesifikasi, maka dibutuhkan tes standar, sebagai
berikut:
- AASHTO American
Associate of State Highway and Transportation Officials
-
ASTM American Society for Testing and Materials
-
JIS Japan Industries Standard
-
SNI Standar Nasional Indonesia
- Standar lain
yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi dan Team Teknis.
Tabel
inspeksi pekerjaan sesuai rencana mutu pekerjaan dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
No.
|
Inspeksi
Pekerjaan
|
Cek
Parameter/Dimensi
|
Alat
yang dipakai
|
1
|
Pekerjaan
Galian
|
Sesuai
spesifikasi: slope, dimensi, elevasi
|
Meteran
dan Waterpass
|
2
|
Pekerjaan
Bekisting
|
Dimensi,
kuat, rapat
|
Meteran
|
3
|
Pekerjaan
Beton
|
Slump,
kuat desak beton, dimensi
|
Alat
Slump, Cetakan Benda Uji Kubus, visual, meteran
|
Berikut cara pengujian mutu dalam pelaksanaan, akan diuraikan
sebagai berikut:
a) Pekerjaan Cor
Sebelum
mulai pekerjaan cor dan setelah persetujuan semua material cor. Kontraktor akan
membuat dan menguji dibawah pengawasan Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis. Dan
percobaan pengujian campuran semua tipe / kelas cor akan dilakukan:
Material
Dan Pengujian
|
Frekwensi
Pengujian
|
Semen
- Mill Certificate - Chemical Analysis |
Kontraktor
akan menyampaikan total semen yang akan dikirim atau setiap jumlah pengiriman
ditentukan/ persetujuan oleh Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis.
|
Aggregate
Kasar
- Gradasi - Kandungan lumpur - Berat Jenis - Peresapan air - Keausan/abrasi |
-
Sebelum tiap pengujian
- Setiap material yang dikirim ke lapangan - Setiap saat bila sumber material ada perubahan. |
Aggregate
Halus
- Gradasi - Kandungan lumpur - Berat Jenis - Peresapan air - Keausan/abrasi |
- Sebelum tiap pengujian - Setiap material yang dikirim ke lapangan - Setiap saat bila sumber material ada perubahan |
Beton/Cor
- Pengujian Slump - pengujian kuat desak beton - Kandungan air |
-
Setiap pendatangan cor pada bagian pekerjaan.
- Tiap adukan cor yang akan ditransport dari Batching plant, set sample kubus untuk tiap 5 m3 beton campuran yang dicor atau yang ditentukan dalam spesifikasi - Setiap percobaan campuran (trial mix) tiap tipe cor |
b) Prosedur Pengujian Slump Beton
Slump
beton merupakan penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas beton yang
diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat. Hasil uji slump digunakan
dalam pekerjaan, perencanaan campuran beton dan pengendalian mutu beton pada
pelaksanaan pembetonan. Berikut adalah langkah kerja pengujian slump beton:
- Basahi cetakan dan letakkan di
atas permukaan datar, lembab, tidak menyerap air dan kaku. Cetakan harus
ditahan secara kokoh di tempat selama pengisian, oleh operator yang berdiri di
atas bagian injakan. Isi cetakan dalam tiga lapis, setiap lapis berisi
sepertiga dari volume cetakan.
- Padatkan setiap lapisan dengan 25 tusukan
menggunakan batang pemadat. Sebarkan penusukan secara merata di atas permukaan
setiap lapisan.
- Dalam pengisian dan pemadatan lapisan
atas, lebihkan adukan beton di atas cetakan sebelum pemadatan dimulai. Bila
pemadatan menghasilkan beton turun dibawah ujung atas cetakan, tambahkan adukan
beton untuk tetap menjaga adanya kelebihan beton pada bagian atas dari cetakan.
Setelah
lapisan atas selesai dipadatkan, ratakan permukaan beton pada bagian atas
cetakan dengan cara menggelindingkan batang penusuk di atasnya. Lepaskan segera
cetakan dari beton dengan cara mengangkat dalam arah vertikal secara-hati hati.
Angkat cetakan dengan jarak 300 mm dalam waktu 5 ± 2 detik.
- Setelah beton menunjukkan penurunan pada
permukaan, ukur segera slump dengan menentukan perbedaan vertikal antara bagian
atas cetakan dan bagian pusat permukaan atas beton.
c) Pengujian Kuat Tekan Beton
- Penyedia Jasa harus mendapatkan
sejumlah hasil pengujian kuat tekan benda uji beton dari pekerjaan beton yang
dilaksanakan. Setiap hasil adalah nilai rata-rata dari dua nilai kuat tekan
benda uji dalam satu set benda uji yang terdiri dari 3 benda uji, yang selisih
nilai antara keduanya < 5% untuk satu umur, untuk setiap kuat tekan beton
dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah pada tiap hari
pengecoran.
- Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton,
Penyedia Jasa harus menyediakan benda uji beton berupa kubus 150 x 150 x 150
mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998. Benda uji tersebut harus
dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan dicorkan, dan kemudian
dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di laboratorium.
- Untuk pencampuran secara
manual, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing- masing mutu beton <
60 m3 harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 5 m3 beton pada
interval yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat hasil untuk
masing-masing umur. Apabila pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka
untuk setiap maksimum 10 m3 beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai
harus diperoleh satu hasil uji.
- Untuk pengecoran hasil produksi ready
mix, maka pada pekerjaan beton dengan jumlah masing-masing mutu < 60 m3
harus diperoleh satu hasil uji untuk setiap maksimum 15 m3 beton pada interval
yang kira-kira sama, dengan minimum satu hasil uji tiap hari.
Dalam
segala hal jumlah hasil pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila
pekerjaan beton mencapai jumlah > 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3
beton berikutnya setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
d) Pekerjaan Penulangan
Baja
tulangan harus bebas dari karat, oli, lumpur, dan lain – lain yang berpengaruh
terhadap struktur. Semua gambar penulangan, daftar tulangan dan rencana
pembentukan harus dimintakan persetujuan Manajemen Konstruksi dan Tim Teknis
sebelum pemotongan, pembengkokkan dan pemasangan di lapangan.
B. Pemeriksaan Progres / Kemajuan Pekerjaan
Selama
pelaksanaan pekerjaan waktu dan target phisik yang dicapai dapat dikontrol
melalui kurva S dan Network Planning (CPM), sehingga bila terjadi penyimpangan
kemajuan pekerjaan yang positif atau a head dan negatif atau delay, maka dapat
dilihat dimana penyimpangan tersebut terjadi, sehingga dalam pembuatan target
pelaksanaan harus memahami atau mengetahui masalah-masalah yang akan mungkin
terjadi.
Bila
penyimpangan positif akan dipertahankan, tetapi bila negative perlu diadakan
perbaikan-perbaikan yang kemungkinan diakibatkan dari permasalahan –
permasalahan diantaranya sebagai berikut:
-
Peralatan yang kurang memadai.
-
Personil (skill / jumlah) yang kurang memadai.
-
Material masalah pengadaan / stok
-
Metode kerja yang kurang tepat.
-
Cuaca / iklim dan waktu saat kerja (malam/siang)
-
Perubahan desain karena kondisi lapangan.
-
Hasil pengujian yang tidak memenuhi syarat.
- Adanya accident,
permasalahan penduduk setempat, bencana alam.
Untuk
meminimalkan permasalah tersebut diperlukan persiapan pekerjaan yang matang dan
solusi permasalahan yang cepat dan tepat serta perlu dibuat rencana kerja
harian / mingguan dan dievaluasi secepatnya. Berikut jadwal inspeksi dan jadwal
testing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel
Jadwal Inspeksi
No.
|
Uraian
|
Jadwal
Inspeksi
|
1
|
Pekerjaan
Penulangan (Besi Beton)
|
Pada
saat besi beton sampai di Site
|
Pada
saat selesai terpasang, sebelum dicor beton
|
||
2
|
Pekerjaan
Beton
|
Pada
saat penyiapan bahan baku
|
Pada
saat pencampuran dan pengecoran
|
||
Curing
setelah pengecoran
|
Tabel
Jadwal Testing
No.
|
Uraian
|
Jenis
Testing
|
Jadwal
Testing
|
1
|
Pekerjaan
Beton
|
Sieve
Analysis
|
Sebelum
pengecoran Dilaksanakan
|
a
|
Job
Mix Formula Beton
|
Mix
Proportion
|
|
Compression
Strength
|
|||
b
|
Campuran
Beton
|
Sampling
|
Sesuai
Spesifik Teknik
|
Compression
Strength
|
|||
Slump
Test
|
Untuk
zaman seperti sekarang sspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek
kontruksi. Umumnya, aplikasi teknologi ini banyak diterapkan dalam metode-metode
pelaksanan kontruksi. Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat, dan aman
sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek kontruksi.
Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan, dapat tercapai.
Jadwal
Pelaksanaan (Time Schedule) Adalah
Secara
umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau schedule dalam
tahapan phase perencanaan, secara singkat penjadwalan atau schedule konstruksi
merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item
pekerjaan serta alokasi sumber daya yang akan digunakan, dikenal dengan istilah
“man power, material, equipment” atau dalam Bahasa Indonesia disebut “tenaga
manusia, material dan peralatan” selama proses konstruksi.
Time
schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur
manusia di dalam proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana pekerjaan
proyek tersebut akan dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time schedule dan
ini merupakan alat untuk memantau bagi project manager/site manager apakah
proyek dan tim masih terkendali atau tidak.
Project
schedule berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum jadwal dibuat WBS harus
terlebih dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan terkesan semrawut
atau mengada-ada.
Definisi Time Schedule
Jadwal
pelaksanaan (Time Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi pelaksanaan
proyek secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan
lancar.
Contoh
Schedule Proyek
|
Fungsi Time Schedule
1) Sebagai pedoman kontraktor untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai pedoman direksi untuk mengontrol
apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai jadwal atau tidak.
2) Sebagai pedoman untuk
mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
3) Sebagai pedoman untuk
mengatur kecepatan suatu pekerjaan.
4) Untuk menentukan
tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.
5) Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan
dalam jangka waktu tertentu, serta untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja,
jumlah dan macam peralatan, serta material yang digunakan.
Jenis Time Schedule
Dalam
proyek konstruksi terdapat beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang
biasa digunakan baik untuk proyek yang berskala kecil sampai yang besar baik
yang bersifat formal maupun non formal. Secara umum dalam proyek konstruksi
sering kita temukan jenis penjadwalan atau schedule berupa penjadwalan diagram
batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi memproyeksikan kemajuan progres
bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas model
penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam
proses perencanaan maupun selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa
bentuk time schedule dalam proyek konstruksi, diantaranya:
1)
Schedule Waktu Tertentu
Schedule
waktu tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan, tahunan.
2)
Bar chart
Sekumpulan
daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom arah
horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan
dapat terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh
panjangnya diagram batang.
3)
Curve-S
Sebuah
jadal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai huru
S. Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk
memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100%
berdasarkan waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut
membentuk kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam memonitoring
kemajuan pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan
bukti laporan atas proses administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner
berdasarkan kemajuan proyek yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui
kemajuan kinerja waktu pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan
waktu pekerjaan atau keterlambatan/varian Curve-S.
4)
Gantt Chart
Berupa
model penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item pekerjaan/pada sumbu y
terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gantt secara
horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model
penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan
dikerjakan secara sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa
kemajuan proyek berdasarkan jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi
dan tidak memberikan informasi lainnya seperti kinerja biaya, jalur kritis dan
bobot pekerjaan.
5)
Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)
Model
penjadwalan atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan instrumen
pengukuran kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya suatu
proyek khusunya di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM yaitu:
a)
Budgeting Cost Work Performance (BCWP)/Earned Value (EV)
Yaitu
nilai hasil bobot pekerjaan aktual di lapangan dikalikan dengan harga satuan
pekerjaan pada setiap item pekerjaan yang telah dikerjakan.
b)
Actual Cost Work Performance (ACWP)
Merupakan
parameter yang menunjukkan biaya aktual yang telah dikeluarkan pada suatu
pekerjaan sampai periode dilakukannya evaluasi kinerja.
c)
Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV
Parameter
yang menunjukkan rencana biaya yang akan dikeluarkan berdasarkan perencanaan
schedule yang dibuat.
Pemodelan
penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat penyimpangan/varians
waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat digunakan
dalam meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan
berdasarkan index kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek
dievaluasi. Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).
6)
Network Planning/Jaringan Kerja
Jadwal
kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan
kegiatan yang ada didalam proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen
pengukuran jadwal proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi
item pekerjaan yang berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu
detail pekerjaan yaitu dapat menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time
dan waktu paling lama atau Latest Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya
pada setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan.
Model
jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method
(PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan
kerja tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya
untuk metode PERT lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana
waktu estimasi penjadwalannya masih belum pasti dimana perobabilitas waktu
pelaksanaannya dapat lebih cepat ataupun lama.
7)
Resources Scheduled Distribution
Model
penjadwalan ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana dalam
penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama
proses konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan peralatan
proyek. Fungsi dari model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi
target alokasi sumber daya berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan
pada periode pelaksanaan proyek, sehingga dapat mencegah terjadinya
keterlambatan waktu alokasi sumber daya proyek di lapangan yang tentunya
mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan.
Pembuatan Time Schedule
Pembuatan
jadwal pelaksanaan (Time Schedule) harus memperhatikan beberapa faktor:
1)
Kondisi Atau Keadaan Lapangan
Seperti
memantau kondisi di lapangan, mempelajari medan yang akan dibangun untuk proyek
konstrusi tersebut atau Penelitian dilapangan, sehingga didapat data-data yang
diperlukan dalam pelaksanaan.
2)
Metode Pelaksanaan
Spesifikasi
pekerjaan dan gambar secara lengkap yang sesuai dengan persyaratan mutu
pekerjaan yang diperlukan dan Peralatan yang digunakan dalam pelaksaan
proyek.
3)
Sumber Daya Manusia (SDM)
Kemampuan
dan keahlian yang dimiliki para pekerja, hal ini sangat berpengaruh pada waktu
pelaksanaan pekerjaan.
4)
Perkiraan Iklim Dan Cuaca
Faktor
cuaca juga mempengaruhi jalannya pelaksanaan, misalnya pengecoran berjalan
kurang baik karena adanya hujan.
5)
Jenis Pekerjaan Dan Spesifikasi Teknis
Seperti
jenis pekerjaan penggalian, pengecoran atau pekerjaan akan dimulainya proyek,
apakah jalan akses masuk perlu dibuat atau sudah ada, apakah lokasi proyek di
tengah hutan dan mempertimbangkan terlebih dahulu pekerjaan penebasan pohon,
land clearing atau pemindahan tanah.
6)
Batasan Yang Ditentukan.
Daerah
dimana pekerjaan kontruksi tersebut memiliki batas yang jelas pada suatu
wilayah dan abash secara hukum.
7)
Peraturan Pemerintah Daerah
Peraturan
yang dibuat dari pemda setempat karena daerah tersebut berkaitan dengan budaya
atau adat dan ijin lahan dan sebagainya yang menjadi acuan dasar untuk
melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Untuk
dapat menyusun time schedule atau jadwal pelaksanaan proyek yang baik
dibutuhkan:
Gambar
kerja proyek
|
Data
lokasi proyek berada
|
Rencana
anggaran biaya pelaksanaan proyek
|
Bill
of Quantity (BQ) atau daftar volume pekerjaan
|
Data
cuaca atau musim di lokasi pekerjaan proyek.
|
Data
jenis transportasi yang dapat digunakan disekitar lokasi proyek.
|
Metode
kerja yang digunakan untuk melaksanakan masing-masing item pekerjaan.
|
Data
kebutuhan tenaga kerja dan ketersediaan tenaga kerja yang di butuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan.
|
Data
sumberdaya meliputi material, peralatan, sub kontraktor yang tersedia
disekitar lokasi pekerjaan proyek berlangsung.
|
Data
sumber daya material, peralatan, sub kontraktor yang harus didatangkan ke
lokasi proyek.
|
Data
keuangan proyek meliputi arus kas, cara pembayaran pekerjaan, tenggang waktu
pembayaran progress dan lain-lain
|
Data
kapasitas prosduksi meliputi peralatan, tenaga kerja, sub kontraktor,
material.
|
Kriteria Estimator
Penjadwalan
atau schedule suatu proyek konstruksi selayaknya harus direncanakan secara
matang dan optimal guna menghindari terjadinya keterlambatan waktu
proyek/overun scheduled serta dampak-dampak buruk lainnya.
Suatu
perencanaan penjadwalan atau schedule proyek konstruksi yang baik ditentukan
oleh beberapa faktor penentu khususnya ditujukan bagi seorang estimator
schedule, diantaranya:
1) Kemampuan dalam mengestimasi waktu alokasi sumber
daya (peralatan, material dan man power) yang akan dialokasikan selama proyek
konstruksi berlangsung. Hal ini penting mengingat seringnya terjadi
penyimpangan waktu transportasi sumber daya selama proses konstruksi misalnya
yang paling sering terjadi yaitu keterlambatan dalam pengiriman material ke
lokasi proyek yang tentunya akan berpengaruh secara langsung terhadap durasi
total pelaksanaan proyek yang telah direncanakan terlebih jika keterlambatan
tersebut berada pada jalur kritis/Critical Path.
2) Keteraturan yang sistematis dan runtun dalam
tahapan perencanaan pelaksanaan pekerjaan konstruksi, misalnya urutan
sistematis item pekerjaan mulai dari tahap awal sampai akhir yang berurutan dan
logis sesuai dengan kondisi serta perencanaan alokasi sumber daya saat proyek
konstruksi berlangsung. Hal ini juga ditentukan dari tingkat pengalaman seorang
estimator scheduled dalam penjadwalan suatu proyek yang akan dilaksanakan.
3) Kemampuan estimasi lama durasi waktu pelaksanaan
pada suatu item pekerjaan juga menentukan tingkat keberhasilan perencanaan
penjadwalan suatu proyek konstruksi dimana pada faktor ini diperlukan analisis
terhadap besar produktivitas sumber daya yang akan digunakan misalnya
produktivitas tenaga kerja/man power dan peralatan/equipment terhadap volume
total pekerjaan yang akan dikerjakan. Bahkan dalam hal ini seorang estimator
dapat secara langsung menentukan nilai durasi waktu pelaksanaan berdasarkan
pengalaman empiris yang biasa terjadi di lapangan.
Produktivitas Resources:
Kapasitas
Volume / Waktu Kerja Resources (Cycle Time)
Total Durasi Waktu:
Volume
Total / (Jumlah Resources x Produktivitas Resources)
4) Kemampuan estimasi terhadap hal-hal yang mungkin
dapat terjadi diluar perencanaan selama proses konstruksi berlangsung. Ini juga
menjadi faktor tambahan yang setidaknya harus dimiliki oleh seorang estimator
schedule dalam memprediksi durasi suatu item pekerjaan. Hal tersebut bisa
berasal dari faktor internal maupun eksternal misalnya faktor cuaca, kerusakan
peralatan, timbulnya kecelakaan kerja, masalah sosial, timbulnya klaim, dan
sebagainya.
Namun
yang paling penting yaitu keahlian dan pengalaman seorang estimator schedule
dalam menganalisis perencanaan penjadwalan proyek secara optimal serta pada
proses monitoring dan pengendaliannya. Hal ini dikarenakan pada phase
planning/perencanaan suatu proyek harus dilakukan dengan matang sehingga
sekurang-kurangnya dapat menekan tingkat risiko potensi penyebab keterlambatan
khususnya pada saat phase pelaksanaan konstruksi dengan tingkat kompleksitas
yang tinggi. Dari paparan berbagai strategi dan model penjadwalan suatu proyek
konstruksi di atas kiranya dapat bermanfaat bagi pihak yang berkecimpung dalam
bidang industri konstruksi. Beberapa hal perlu diperhatikan ketika membuat
project schedule, seperti:
1)
Alokasi Resource Pada Pekerjaan
Resource
bisa berupa berbagai hal seperti manusia, barang, peralatan computer dan
proyektor, tempat ruang rapat, misalnya atau layanan seperti training atau tim
pendukung out source yang dibutuhkan dan mungkin ketersediaannya terbatas.
Bagaimanapun
juga resource yang utama adalah manusia. Pertama, project manager akan
mengalokasikan orang-orang tertentu untuk suatu pekerjaan. Kemudian, selama pekerjaan tersebut
berlangsung, orang tersebut mungkin menjadi terlalu sibuk sehingga tidak bisa
dialokasikan untuk pekerjaan lainnya. Perhatikan bahwa pemilihan pelaku perlu
disesuaikan dengan kemampuan dan beragai hal lain karena ada pekerjaan yang
dapat dilakukan oleh siapa saja, tetapi umumnya pekerjaan hanya dapat dikerjakan
oleh satu atau beberapa orang saja.
2)
Identifikasikan Setiap Ketergantungan
Sebuah
pekerjaan disebut memiliki ketergantungan jika melibatkan aktivitas, resource
atau work product yang dihasilkan pekerjaan/aktivitas lain. Contoh:
test plan tidak mungkin dilaksanakan selama software belum ditulis,
program baru dapat ditulis setelah class atau modul dibuat dan dideskripsikan
pada tahapan desain. Tiap pekerjaan pada WBS perlu diberi nomor, dengan angka
tersebut bergantung pada nomor pekerjaan syaratnya. Berikut ini adalah sedikit
gambaran tentang bagaimana suatu pekerjaan menjadi tergantung pada pekerjaan
lainnya.
3)
Buat Jadwalnya
Tiap
pekerjaan juga memiliki jangka waktu pekerjaan.
Dengan demikian jadwal bisa dibuat, contoh: Tiap pekerjaan ditunjukkan
dengan kotak, sedangkan ketergantungan antar pekerjaan ditunjukkan dengan
gambar panah. Kotak hitam berbentuk wajik antara D dan E (pada gambar di atas)
disebut milestone atau pekerjaan tanpa durasi. Milestone digunakan
untukmenunjukkan kejadian penting pada jadwal. Sedangkan kotak hitam panjang
antara C danD yang juga mengandung potongan wajik menunjukkan summary task atau
dua subpekerjaan yang memiliki induk yang sama. Jadwal bisa dibuat dalam bentuk
Gantt Chart, PERT atau diagram semacamnya Contoh Gantt Chart yang dibuat dengan
sebuah tool manajemen proyek.
Risk Plan
Risk
plan adalah daftar resiko/masalah yang mungkin terjadi selama proyek
berlangsung dan bagaimana menangani terjadinya resiko tersebut. Bagaimanapun juga ketidakpastian adalah musuh
semua rencana, termasuk rencana proyek.
Terkadang ada saja waktu-waktu yang tidak menyenangkan bagi proyek,
banyak kesulitan terjadi misalnya suatu resource tiba-tiba tidak tersedia. Oleh
karenanya risk plan adalah persiapan terbaik menghadapi ketidakpastian.
Langkah-langkah berikut dapat menjadi acuan untuk mendapatkan Risk Plan:
1)
Pembahasan Resiko Potensial
Project
manager akan memimpin sebuah sesi/rapat untuk mengidentifikasikan
masalah-masalah yang mungkin akan muncul. Anggota tim akan dipancing untuk
mengemukakan resiko-resiko yang terpikirkan. Project manager akan menuliskannya
di papan tulis setiap ada yang mengemukakan pendapat yang relevan. Sedikit
pendapat mungkin akan muncul pada awalnya, kemudian berlanjut dengan tanggapan
yang susul-menyusul hingga akhirnya suasana mendingin sampai akhirnya pendapat
terakhir diutarakan.
Resiko
yang dimaksud disini adalah resiko spesifik.
Jika suatu resiko dirasa belum spesifik maka project manager akan
memancing agar permasalahan disampaikan secara lebih spesifik. Sumber masalah
yang baik lainnya adah asumsi-asumsi yang muncul ketika membuat Vision and
Scope dan melakukan estimasi dengan metode Wideband Dephi.
2)
Estimasi Dan Resiko/Masalah
Tim
akan memberikan rating untuk setiap resiko. Nilainya berkisar dari 1 masalah
dengan resiko kecil hingga 5 masalah dengan resiko besar, kemungkinan munculnya
besar, mungkin menghabiskan biaya besar dan sulit untuk membereskannya.
3)
Buat Sebuah Risk Plan
Tim
akan mengidentifikasi langkah-langkah yang akan di ambil untuk mengatasi
masalah-masalah yang akan muncul tersebut, dimulai dari resiko bernilai lima.
Penjadwalan Proyek PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk
melakukan penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang
ada didalam suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution
Review Technique adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut
Amerika Serikat pada tahun 1950 untuk mengatur programmisil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama pada
waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sektor swasta yang dinamakan CPM atau
Critical Path Method.
- Karakteristik Pert
Dari
langkah-langkah penjelasan metode PERT maka bisa dilihat suatu karakteristik
dasar PERT, yaitu sebuah jalur kritis. Dengan diketahuinya jalur kritis ini
maka suatu proyek dalam jangka waktu penyelesaian yang lama dapat
diminimalisasi.
Ciri-ciri jalur kritis adalah:
a) Jalur yang biasanya memakan
waktu terpanjang dalam suatu proses.
b) Jalur yang tidak memiliki
tenggang waktu antara selesainya suatu tahap kegiatan dengan
c) mulainya suatu tahap
kegiatan berikutnya.
d) Tidak adanya tenggang waktu tersebut yang merupakan
sifat kritis dari jalur kritis.
- Karakteristik proyek
a) Kegiatannya dibatasi oleh
waktu sifatnya sementara, diketahui kapan mulai dan berakhirnya.
b) Dibatasi oleh biaya.
c) Dibatasi oleh
kualitas.
d) Biasanya tidak berulang-ulang.
- Manfaat Pert
a) Mengetahui ketergantungan
dan keterhubungan tiap pekerjaan dalam suatu proyek.
b) Dapat mengetahui implikasi
dan waktu jika terjadi keterlambatan suatu pekerjaan.
c) Dapat mengetahui
kemungkinan untuk mencari jalur alternatif lain yang lebih baik untukkelancaran
proyek.
d) Dapat mengetahui
kemungkinan percepatan dari salah satu atau beberapa jalur kegiatan.
e) Dapat mengetahui batas waktu penyelesaian proyek.
Sekian
untuk pembahasan dalam materi manajemen konstruksi mengenai time schedule dan
hal hal lain yang berkaitan semoga memberikan manfaat lebih bagi pembaca. Sekian
dan Terimakasih.
Komentar
Posting Komentar